BAB II
PEMBAHASAN
1.
1.1. PENGERTIAN
PENGKAJIAN
ada banyak teori
dari beberapa ahli keperawatan tentang pengkajian keperawatan, Berikut beberapa
definisi caring dari beberapa ahli keperawatan.
1.
Potter dan Perry (1997) dalam buku Konsep dasar keperawatan dengan pemetaan
konsep halaman 19 mengemukakan bahwa pengkajian adalah proses sistematis
berupa pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien.
2.
Carpenito dan
Moyet ( 2007 ) dalam buku Konsep dasar keperawatan dengan pemetaan
konsep halaman 19 mengemukakan bahwa pengkajian adalah tahap yang
sistematis dalam pengumpulan data tentang individu, keluarga, dan kelompok.
3. Dalam buku pengkajian keperawatan
aplikasi pada praktik klinik halaman 2 di jelaskan, pengkajian adalah salah
satu dari komponen dari proses keperawatan yaitu suatu usaha yang di lakaukan
oleh perawat untuk menggali permasalahan klien.
4. Dalam buku Fundamental keperawtan halaman 355 di
jelaskan bahwa pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan
dokumentasi data yang sistematis dan berkesinambungan.
Jadi, dapat di
simpulkan bahwa pengkajian adalah salah satu proses keperawatan yang sistematis
dan berkesinambungan berupa pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data
tentang individu, keluarga, dan kelompok untuk menggali permasalahan klien.
1.2. KEGIATAN
DALAM PENGKAJIAN
1.2.1. Jenis
kegiatan
1.2.1.1.
Pengkajian awal
Di laksanakan pada waktu klien masuk pelayanan
kesehatan, tujuannya adalah menetapkan data dasar tentang klien.
1.2.1.2.
Pengkajian berfokus pada masalah
Proses berkelanjutan terpadu dengan asuhan
keperawatan, tujuanya adalah menentukan status masalah yang di identifikasi
pada pengkajian yang lebih awal. Contoh pengkajian asupan cairan dan haluaran
urine klien di ICU setiap jam.
1.2.1.3.
Pengkajian kedaruratan
Ini di lakukan pada saat krisis fisiologi atau
psikologis klien, tujuannya mengidentifikasi masalah yang mengancam jiwa,
Contoh pengkajian cepat pada jalan nafas dan lain – lain.
1.2.1.4.
Pengkajian dengan jarak waktu
Ini dilakukan
pada beberapa bulan setelah pengkajian. Tujuannya untuk membeandingkan status
klien saat ini dengan data dasar yang di dapat sebelumnya. Contoh pengkajian
kembali pada pasien rawat jalan.
1.3. MACAM –
MACAM DATA DALAM PENGKAJIAN
1.3.1. Data
subjektif
Data subjektif adalah data yang di dapat berdasarkan persepsi klien tentang
masalah kesehatan mereka ( Potter dan Perry 1997 ) dalam buku KDK dengan pemetaan konsep halaman 27. Data subjektif di sebut juga data tertutup
atau gejala. misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan, kecemasan,
ketidaktahuan, dan lain - lain.
1.3.2. Data
objektif
Data objektif
adalah data yang di dapat dari pengamatan, observasi, dan pengukuran dengan
beberapa metode, yaitu :
1.3.2.1.
Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan
mata.inspeksi di lakukan untuk mendeteksi tanda – tanda fisik yang berhubungan
dengan status fisik.
1.3.2.2.
Palpasi
Palpasi di gunakan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan. Metode ini di lakukan untuk mendetermasi ciri – ciri jaringan atau
organ. Ada dua jenis palpasi yaitu palpasi
ringan ( di lakukan dengan cara ujung- ujung jari pada satu atau dua tangan
di gunakan secara simultan, palpasi dalam
di lakukan untuk merasakan secara abdomen.
1.3.2.3.
Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi adalah menentukan batas – batas organ atau bagian tubuh dengan
cara merasakan vibrasi yang di timbulkan akibat adanya gerakan di berikan ke
bawah jaringan.
1.3.2.4.
Auskultasi
Auskultasi adalah metode pengkajian yang menggunakn
stetoskop untuk memperjelas pendengaran.
1.4. SUMBER DATA
DALAM PENGKAJIAN
Sumber data
dalam pengumpulan data klien dalam buku Fundamental
keperawatan edisi 4 halaman 149 adalah :
1.
Klien ( data
primer )
Pada kebnyakan
situasi, klien adalah sumber informasi yang ternbaik. Klien yang sadar dan
menjawab pertanyaan secara cepat dapar meberikan informasi yang palaing akurat.
2.
Keluarga dan
orang terdekat ( data sekunder )
Keluarga dan
orang terdekat dapat di wawancarai sebagai sumber primer tentang bayi dan anak
– anak dank lien yang kritis, cacat mental, atau klien yang tidak sadar.
3.
Anggota tim
kesehatan lain
Anggota tim
kesehatan lain terdiri dari dokter, perawat, professional, kesehatan lain, dan
petugas non-profesional yang bekerja dalam lingkungan pelayanan kesehatan
4.
Catatan medis
Catatan medis
klien saat ini dan di masa lalu dapat menguatkan informasi tentang pola
kesehatan dan pengobatan masa lalau atau memberikan informasi baru. Dengan
menelaah catatan medis, perawat dapat mengidentifikasi pola penyakit, respon
terhadap pengobatan sebelumnya, dan metode koping di masa lalu.
5.
Catatan lainnya
Catatan lainnya
sperti pendidikan, wajib militer, dan catatan pekerjaan yang mengandung
informasi perawatan kesehatan yang berkaitan. Jika klien pernah memperoleh
perawatan komunitas ataupun rawat jalan maka perawat harus mendapatkan data
tersebut namun kita harus mendapatkan izin tertulis atau wali klien untuk
melihat catatan ini.
6.
Tinjauan
literature
Menelaah
tinjauan literatur keperawatan, medis, farmakologis tentang penyakit membantu
perawat melengkapi data dasar.
7.
Pengalaman
perawat
Banner ( 1984 )
dalam Fundamental keperwatan halaman 151 menuluskan
bahwa keahlian perawat berkembang setelah pengujian dan pembaharuan
proposisi,pertanyaan, dan harapan berdasarkan prinsip. Contoh pada say
perawatmerawat klien dengan nyeri abdomen , itulah pelajaran yang di pelajari.
1.4.1. Karakteristik
Data
1.4.1.1.
Lengkap
Seluruh data di
perlukan untuk mengidntifikasi maslah keperwatan klien. Data yang erkumpul
harus lengkapguna membantu mengatasimasalah klien adekuat.
1.4.1.2.
Akurat dan nyata
Dalam
pengumpulan data ada kemungkinan terjadi salah paham. Untuk mencegah hal
tersebut, maka perawat harus berfifkir akurasi dan nyata untuk membuktikan benar
tidaknya apa yang telah di dengar, di lihat, di amati, dan di ukur melalui
pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya meragukan.
1.4.1.3.
Relevan
Pencatatan data
yang komprehensif biasanya banyak sekalai data yang harus di kumpulkan sehingga
menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi. Kondisi yang seperti ini bisa di
antisipasi dengan membuat data yang komprehensif, tetapi singkat dan jelas.
1.5. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan
penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan indentitas klien, keluhan utama,
riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi,
hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya.
Cara yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data tentang klien antara lain
: wawancara (interview), pengamatan (observasi), pengkajian fisik dan studi dokumentasi.
1.5.1. Wawancara (
interview )
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara
berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara
perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien
memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan
keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut
selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi
keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill
komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya digunaan untuk
memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu
teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertuar pikiran
dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non
verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban
dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara
aktif, diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu
hal yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang
sulit dipelajari.
1.5.1.1.
Macam – macam wawancara
Teknik dalam
wawancara di bagi menjadi dua, yaitu :
1.
Auto anamnese :
wawancara yang di lakaukan dengan klien langsung, data ini ini si sebut juga
data primer.
2. Allo anamnese : wawancara yang di lakukan dengan keluarga atau orang terdekat
tujuannya untuk melakaukan pengkajian kesehatan klien. Data ini di sebut juga
data sekunder.
1.5.1.2.
Jenis – jenis wawancara
1.5.1.2.1. Teknik
mencari masalah
Wawancara
mencari masalah mengidentifikasi masalah potensial klien, pengumpulan data, dan
selanjutnyadi fokuskan pada masalah tersebut. Contoh, perawat menanyakan pada
klien tentang perubahan yang di alami dalam pencernaan, seperti kurang nafsu
makan, mual, muntah, dan diare.
1.5.1.2.2. Teknik
pemecahan masalah
Teknik wawancara
pemecahan masalah di fokuskan pada pengumpulan data yang lebih mendalam pada
masalah spesifikyang di identifikasi oleh klien atau perawat ( Ivey,1988 dalam
fundamental keperawatan edisi 4 ). Contoh, jika klien melaporkan bahwa
muntahtelah di alami dua hari, perawat menyakan apa pencetus muntah pertama
kali, apakah klien mengalami gejala lain, apakah terjadi setiap klien makan
atau minum, dan bagaimana karakteristik muntah.
1.5.1.2.3. Teknik
pertanyaan langsung
Wawancara
pertanyaan langsug adalah format terstruktural yang membutuhkan jawaban satu
atau dua kata dan sering kali di gunakan untuk mrngklarifikasi pertanyaaan
sebelumnya atau memberikan info tambahan (Teknik wawancara pemecahan masalah di
fokuskan pada pengumpulan data yang lebih mendalam pada masalah spesifikyang di
identifikasi oleh klien atau perawat ( Ivey,1988 dalam fundamental keperawatan
edisi 4 ). Contoh “ apakah anda mengalami nyeri pada saat muntah ?” adalah
contoh pertanyaan langsung.
1.5.1.2.4. Teknik
pertanyaan terbuka
Wawancara
pertanyaan terbuka di tujukan untuk mendapatkan respon lebih dari satu atau dua
kata. Teknik ini mengarah kepada diskusi antara perawat dank lie, Contoh, “
bagaiman perasaan anda ? “, “perawatan kesehatan seperti apa yang anda butuhkan
?”
1.5.1.3.
Fase – fase wawancara
Sama hal seperti
komunikasi terapeutik wawancara memiliki fase atau tahap dalam prakteknya,
yaitu :
1.
Fase orientasi
Sebelum di mulai
perawat menelaah tujuan dari wawancara, tipe data yang akan di kumpulkan, dan
metode yang paling sesuai untuk melakukan wawancara. Contoh, perawat Nurul
memperkenalkan perannya pada klien. Ia menelaah proses wawancara dan sasarannya
, sifat kerahasiaan, dan lamanya waktu. Perawat nurul menayakan dank lien
menyepakati secara timbal balik tenang waktu wawancara serta perawt nurul
menayakan apakah klien ada pertanyaan.
2.
Fase kerja
Dengan berkembangnya
wawancara, perawat mengajukan pertanyaan untuk membentuk data dasar yang di
gunakan sebagai dasar untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
3.
Fase terminasi
Sepertinya
halnya fase lain dalam wawancara, terminasi membutuhakan keterampilan dari
pihak pewawancara. Idealnya klien harus di beri isyarat bahwa wawancara akan
segera berakhir. Contoh , “ baik bapak satu pertanyaan lagi ?”
1.5.2. Pengamatan
( observasi )\
Selama
pemeriksaan , baik dalam wawancara maupun pemeriksaan fisik, perawata harus
mengobservai prilaku pasien pada tingkat fungsi dan konsistensi. Tingkat fungsi
melipiti fisik,perkembangan dan psikodosial, serta aspek sosial.
1.5.3. Pengkajian
fisik
Pemeriksaan
fisik biasanya di mulai dengan prosedur yang umum, sepertipengukuran tanda –
tanda vital. Perawat harus menjelaskan setiap langkah prosedur kepada klien
serta jelaskan setiap ketidaknyamanan yang di rasakan pasien, hal ini sangat
penting untuk menjaga privasi klien. Pengkajian fisik menggunakan metode yang
sistematis melalui inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pendekatan yang
biasanya di gunakan adalah head to toe
( dari kepala hingga kaki ).
1.5.4. Data
laboratorium dan diagnose
Sumber data yuang terakhir adalah data laboratorium
dan diagnosis. Data laboratorium dapat membantu mengidentifikasi maslah
perawatan actual maupun resiko. Data laboratorium yang di dapat, lalu di
bandingkan dengan nilai standart atau normal sesuai dengan jenis pemeriksaan,
usia, dan jenis kelamin.
Pemeriksaan laboratorium di lakukan sesuai dengan
gejala dan penyakit. Sedangkan hasil pemeriksaan diagnose di gunakan sebagai
pencantum validitas dari suatu penyakit.
Perawat harus memahami dengan baikkorelasi dari setiap
laboratorium dan diagnose terhadap masalah yang di temukan pada klien. Contoh,
klien yang di diagnose Typhus, saat di kaji klien mengeluh nyeri pada abdomen,
mual, dan lemah. Maka untuk memastikan diagnose medis dan keluhan klien, maka
perawat harus melihat data laboratorium seperti hasil vidal dan darah (
hemoglobin dan leukosit )
1.6. PENGISIAN
FORMAT PENGKAJIAN
Dalam fundamental keperawatan di jelaskan
bahwa format pengisian pengkajian secara gasis besarnya meliputi :
1.
Admission data
2.
allergies and
reaction
3.
Pengobatan medication
4.
medical histori
5.
valuables
6.
phichososial
history
7.
neurological
8.
Musculo skeletal
9.
Respirasi
respiratory
10. Kardiovaskuler / Jantung cardiovascular
11. Gastrointestinal
12. (genitourinary
13. Self care
1.7. DOKUMENTASI
DATA
Dokumentasi data
adalah bagian terakhir pengkajian yang lengkap. Kelengkapan dan keakuratan di
perlikan ketika mencatat data. Jika suatu hal tidak di catat, maka hal tersebut
hilang dan tidak tersedia pada data dasar.
Kelengkapan data
dalam dokumentasi penting untuk dua alasan, pertama semua data yang berkaitan
dengan status klien di masukkan. Bahkan informasi yang tampaknya tidak
menunjukkan abnormalitas sekalipun harus di catat. Informasi tersebut akan
berkaitan nantinya dan berfungsi sebagai nilai dasaruntuk perubahan dalam
status. Kedua, pencatatan dan pengamatan status klien adalah tanggungjawab
legal professional. Undang – undang praktik perawatdi semua Negara bagian, the ANA policy statement ( 1980 ) dan
standart of clinical practice ( 1991 ) mewajibkan pengumpulan data dan
pencatatan sebagai mandiri esensial untuk peran perawat professional.
Ketika mencatat
data, perawat harus memperhatikan pada fakta adan harus membuat suatu upaya
agar menjadi sedeskriptif mungkin.segala yang di dengar, di lihat, di raba, dan
di cium,harus di laporkan sesuai apa adanya. Karena pengkajian mencakup
pengumpulan dan pendokumentasian data subjektif dan objektif, maka perawat
harus membuat kepastian bahwa data dasar telah lengkap dan berdasarkan fakta
sebelum mebuat pengelompokan data.
BAB III
PENUTUP
2.
2.1. DAFTAR
PUSTAKA
Perry, potter. ( 2005 ). Fundamental
keperawatan edisi 4. Konsep, proses dan praktek.Jakarta : Kedokteran EGC
Perry, potter. ( 2009 ). Fundamental
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Haryanto. ( 2008 ). Konsep dasar keperawatan dengan pemetaan
konsep ( Consep Mapping ). Jakarta : Salemba Medika
Suara Mahyar, Ermawati Dalami,
Rochimah, Een Raenah, dan Rusmiati ( 2010 ). Konsep
dasar keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Muttaqin,A. ( 2012 ). Pengkajian Keperawatan aplikasi pada praktik
klinik. Jakarta : Salemba Medika
Priharjo,R. ( 2006 ). Pengkajian fisik keperawatan. Jakarta :
Kedokteran EGC
www.shidiqwidiyanto.blogspot.com/2010/01/pengkajian-keperawatan.html ( di akses pada 20 Maret 2014
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar