Kamis, 22 Mei 2014

BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Berfikir
 Berfikir bukan merupakan sebuah proses statis, berfikir dapat berubah setiap hari atau bahkan setiap jam. Karena berfikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan pemikiran maka penting untuk memahami berfikir secara umum. Penting  juga untuk memahami gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang untuk dapat berfikir dengan lebih baik.
Berikut pendapat dari beberapa ahli mengenai berfikir:
1.   Berfikir adalah menggunakan pikiran dan mencangkup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gondon, 1995: dalam buku Fundamental keperawatan )
2.   Berfikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994: dalam buku Fundamental keperawatan).
Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan . Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi.
Jadi ,berfikir adalah menggunakan pemikiran dalam membuat pendapat, pembuat keputusan menarik kesimpulan yang terorganisasi.
B.     Konsep Berfikir
Tiga konsep dalam berfikir : (Benar, Betul, Baik)
1.    Benar
Jika kita berfikir harus ada dan jelas objek yang difikirkan. Apa yang menjadi objek untuk difikirkan adalah apa yang ada dan dapat kita inderai, untuk kepentingan ini kita harus mengerti dan memahami konsep kebenarannya. Dalam hal ini perlu kita ingat, bahwa kita sering menemukan kekeliruan pemakai ungkapan atau pernyataan benar. Sering orang berbicara dengan menggunakan benar tidak berbeda dengan ungkapan betul, namun pada dasarnya konsep benar dan betul tidak sama.
2.    Betul
Jika berfikir harus tahu hukum yang berlaku atas objek berfikir tersebut. Biasanya hukum ini disebut juga hukum alam, untuk itu harus tahu dan memahami dengan baik tentang hukum alam.
3.    Baik
Didalam proses berfikir harus tahu guna dari objek berfikir, dalam hal ini juga perlu pemahaman tentang fungsi-fungsi sebagai dasar berfikir yang wajib kita ketahui adalah konsep tentang guna dengan  memahami kegunaan sesuatu maka kita akan mengerti tentang apa yang dikatakan baik atau buruk.

C.    Komponen Berfikir
Terdapat empat komponen dalam berfikir yaitu:
1.    Rasional
Adalah sesuatu yang menurut pikiran dan pertimbangan yang logis atau menurut pikiran yang sehat atau cocok dengan akal. Sehingga pendekatan dengan ukuran ini sering menganggap bahwa pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem (kebenaran) yang lepas dari jangkauan indra atau paham yang lebih mengutamakan (kemampuan) akal dari pada batin dan rasa.
2.    Reasonable
Adalah beralasan yang tepat dan jelas, memiliki fakultas alasan, dilengkapi dengan alasan, rasional sebagai makhluk yang wajar.
3.    Konsisten
Adalah berpegang teguh pada pendiriannya, tetap pada satu pilihan atau tidak suka berubah-ubah dalam menentukan pilihan.


4.    Kreatif
Adalah memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mampu untuk mengembangkannya dari hasil ide-idenya tersebut.

D.    Berfikir Kritis
Berfikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, informasi tersebut didapatkan dari hasi pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi. Berfikir bukan merupakan sebuah proses statis, berfikir dapat berubah setiap hari atau bahkan setiap jam, karena berfikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan pemikiran, maka penting untuk memahami secara umum. Penting juga untuk memahami gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang untuk dapat berfikir lebih baik.

Berikut pendapat para ahli tentang berfikir secara kritis:
1.      Berfikir kritis adalah berfikir secara beralasan dan relektif dengan menekankan pada pembuat keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan diputuskan (Ennis, 1962).
2.      Berfikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam membuat konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasai berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi dimana hasil proses ini digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan (walker, 2006).
3.      Berfikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis ( Hassoubah, 2007).
4.      Berfikir kritis adalah berfikir secara beralasan dan reklektif dengan menekankan  keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (mustaji, 2012).

Jadi, yang dimaksud dengan berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.

Berikut contoh-contoh kemampuan berfikir kritis:
a.       Berfikir secara aktif dengan menggunakan inteligensia, pengetahuan dan keterampilan diri untuk menjawab pertanyaan.
b.      Dengan cermat menggali situasi dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan yang relevan.
c.       Berfikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan mencapai kesimpulan yang berguna.
d.      Meninjau situasi persepektif yang berbeda untuk mengembangkan suatu pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
e.       Mendiskusikan ide dalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide dengan orang lain.

E.     Model Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Menurut Costa dan Colleagues (1985) klasifikasi berfikir dikenal sebagai “ The Six RS” yaitu:
1.    Remembering (Mengingat)
2.    Repeating (Mengulang)
3.    Reasoning (Memberi alasan/rasional)
4.    Reorganizing (Reorganisasi)
5.    Relating (Berhubungan)
6.    Reflecting (Memantulkan/merenungkan)

Model tersebut mendefinisikan hasil dari berfikir kritis sebagai penilaiaan keperawatan yang relavan dengan masalah keperawatan dalam berbagai lingkup. Model tersebut dirancang untuk mengetengahkan penilaian keperawatan dalam peran klinis, menejerial, kepemimpinan, dan pendidikan. Sebagai tujuan dalam bab ini, pembahasan difokuskan pada penilaian keperawatan klinis. Ketika perawat masuk kedalam suatu pengalaman klinis tujuan dari model tersebut, yaitu lima komponen berfikir kritis, yang pada akhirnya mengarahkan perawat untuk membuat penilaian klinis diperlakukan untuk Asuhan Keperawatan yang aman dan efektif.

a.    Dasar pengetahuan khusus
Komponen pertama berfikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam keperawatan. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan tambahan, dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat. Dasar pengetahuan perawat mencangkup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlakukan untuk memikirkan masalah keperawatan. Informasi terebut memberikan data yang digunakan dalam berbagai proses berfikir kritis. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencangkup pendekatan yang menguatkan kemampuan perawat untuk berfikir secara kritis tentang masalah keperawatan.
b.   Kompentensi
Kompetensi berfikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penialaian keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi:
Berfikir kritis umum, berfikir kritis spesifik, dalam situasi klinis, dan berfikir kritis spesifik dalam keperawatan. Proses berfikir kritis umum mencangkup metode ilmiah pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Proses berfikir kritis umum juga digunakan dalam disiplin lain (misal, pekerja sosial dan kedokteran) dan dalam situasi nonklinis. Pemecahan masalah mencangkup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa yang sedang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi.
c.    Sikap Untuk Berfikir Kritis
Komponen keempat dari model berfikir kritis adalah sikap untuk berfikir kritis. (Paul, 1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis. Sikap ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berfikir secara kritis, tetapi juga penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggungjawab.
Berikut ini adalah contoh sikap untuk berfikir kritis:
1)   Berfikir mandiri
Sejalan dengan seorang menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian membuat penilaian mereka sendiri. Hal ini tidak berarti mereka tidak menghargai ide orang lain. Untuk berfikir secara mandiri, seseorang menantang cara tradisional dalam berfikir, dan mencari rasional serta jawaban logis untuk masalah yang ada.
2)   Tanggung gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berfikir kritis, adalah tugas individu tersebut untuk “mudah menjawab” apapun keputusan yang dibuatnya. Perawat harus membuat keputusan dalam merespon terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat untuk kapanpun penilaian yang dibuatnya atas nama klien.


3)   Mengambil risiko
Individu harus rela ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima pemikiran baru. Keyakinan yang kita miliki sering kali ditentang oleh alternatif yang lebih logis dan rasional.
4)   Kerendahan hati
Penting untuk mengakui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat.
5)   Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang memiliki integritas dengan cepat berkeinginan untuk mengakui dan mengevalusi segala ketidak konsistenan dalam ide dan keyakinannya.
6)   Ketekunan
Pemikir kritis terus bertekat untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah perawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan, dan teru mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
7)   Kreativitas
Kreativitas mencangkup berfikir orijinal. Hal ini berarti menemukan solusi diluar apa yang dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan unik.






F.   Metode berpikir kritis
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking:
a.    Debate                           : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
b.    Individual decision        : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan.
c.    Group discussion           : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
d.    Persuasi                         : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi.
e.    Propoganda                   : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
f.     Coercion                        : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak.

G.      Proses Pengambilan Keputusan Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan  keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posis iklinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambi lkeputusan yang efektif, baik sebaga ipelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim. Pemecahan masalah  dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapa iantujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1.    Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2.    Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu :
a.    Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b.    Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c.    Falsafah yang dianut organisasi.
d.   Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam organisasi.
3.    Masalah harus diketahui dengan jelas.
4.    Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5.    Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.

H.      Tujuan Berfikir Kritis Bagi Perawat
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut:
1.    Membedakan sejumlah penggunaan dan isu- isu dalam keperawatan.
2.    Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
3.    Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing idikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan. 
4.    Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
5.    Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
6.    Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
7.    Membuat dan mengecek dasar analisis dan falidasi data keperawatan.
8.    Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
9.    Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
10.    Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
11.     Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12.    Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai keputusan.
13.    Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

Bajang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar