BAB
II
PEMBAHASAN
A. Berfikir
Berfikir bukan merupakan sebuah
proses statis, berfikir dapat berubah setiap hari atau bahkan setiap jam.
Karena berfikir sangat dinamis (berubah secara konstan) dan karena semua
tindakan keperawatan memerlukan pemikiran maka penting untuk memahami berfikir secara
umum. Penting juga untuk memahami gaya
dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu
seseorang untuk dapat berfikir dengan lebih baik.
Berikut pendapat
dari beberapa ahli mengenai berfikir:
1. Berfikir
adalah menggunakan pikiran dan mencangkup membuat pendapat, membuat keputusan,
menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gondon, 1995: dalam buku Fundamental
keperawatan )
2. Berfikir
merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994: dalam buku
Fundamental keperawatan).
Berpikir adalah
menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik
kesimpulan, dan merefleksikan . Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan
terkoordinasi.
Jadi ,berfikir adalah
menggunakan pemikiran dalam membuat pendapat, pembuat keputusan menarik
kesimpulan yang terorganisasi.
B.
Konsep
Berfikir
Tiga
konsep dalam berfikir : (Benar, Betul, Baik)
1. Benar
Jika kita berfikir
harus ada dan jelas objek yang difikirkan. Apa yang menjadi objek untuk
difikirkan adalah apa yang ada dan dapat kita inderai, untuk kepentingan ini
kita harus mengerti dan memahami konsep kebenarannya. Dalam hal ini perlu kita
ingat, bahwa kita sering menemukan kekeliruan pemakai ungkapan atau pernyataan
benar. Sering orang berbicara dengan menggunakan benar tidak berbeda dengan
ungkapan betul, namun pada dasarnya konsep benar dan betul tidak sama.
2. Betul
Jika berfikir harus
tahu hukum yang berlaku atas objek berfikir tersebut. Biasanya hukum ini
disebut juga hukum alam, untuk itu harus tahu dan memahami dengan baik tentang
hukum alam.
3. Baik
Didalam proses berfikir
harus tahu guna dari objek berfikir, dalam hal ini juga perlu pemahaman tentang
fungsi-fungsi sebagai dasar berfikir yang wajib kita ketahui adalah konsep
tentang guna dengan memahami kegunaan
sesuatu maka kita akan mengerti tentang apa yang dikatakan baik atau buruk.
C.
Komponen
Berfikir
Terdapat empat komponen
dalam berfikir yaitu:
1. Rasional
Adalah sesuatu yang
menurut pikiran dan pertimbangan yang logis atau menurut pikiran yang sehat
atau cocok dengan akal. Sehingga pendekatan dengan ukuran ini sering menganggap
bahwa pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem
(kebenaran) yang lepas dari jangkauan indra atau paham yang lebih mengutamakan
(kemampuan) akal dari pada batin dan rasa.
2. Reasonable
Adalah beralasan yang
tepat dan jelas, memiliki fakultas alasan, dilengkapi dengan alasan, rasional
sebagai makhluk yang wajar.
3. Konsisten
Adalah berpegang teguh
pada pendiriannya, tetap pada satu pilihan atau tidak suka berubah-ubah dalam
menentukan pilihan.
4. Kreatif
Adalah memiliki daya
cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan dan mampu untuk mengembangkannya
dari hasil ide-idenya tersebut.
D.
Berfikir
Kritis
Berfikir
kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi,
informasi tersebut didapatkan dari hasi pengamatan, pengalaman, akal sehat,
atau komunikasi. Berfikir bukan merupakan sebuah proses statis, berfikir dapat
berubah setiap hari atau bahkan setiap jam, karena berfikir sangat dinamis
(berubah secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan
pemikiran, maka penting untuk memahami secara umum. Penting juga untuk memahami
gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang membantu seseorang
untuk dapat berfikir lebih baik.
Berikut
pendapat para ahli tentang berfikir secara kritis:
1. Berfikir
kritis adalah berfikir secara beralasan dan relektif dengan menekankan pada
pembuat keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan diputuskan (Ennis,
1962).
2. Berfikir
kritis adalah suatu proses intelektual dalam membuat konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasai berbagai informasi yang
didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi dimana hasil proses ini
digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan (walker, 2006).
3. Berfikir
kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi
kualitas suatu alasan secara sistematis ( Hassoubah, 2007).
4. Berfikir
kritis adalah berfikir secara beralasan dan reklektif dengan menekankan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan (mustaji, 2012).
Jadi, yang dimaksud dengan berpikir
kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat-tidaknya
ataupun layak-tidaknya suatu gagasan yang mencakup penilaian dan analisa secara
rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat dan ide yang ada, kemudian
merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu keputusan.
Berikut contoh-contoh
kemampuan berfikir kritis:
a. Berfikir
secara aktif dengan menggunakan inteligensia, pengetahuan dan keterampilan diri
untuk menjawab pertanyaan.
b. Dengan
cermat menggali situasi dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan yang relevan.
c. Berfikir
untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan mencapai
kesimpulan yang berguna.
d. Meninjau
situasi persepektif yang berbeda untuk mengembangkan suatu pemahaman yang
mendalam dan menyeluruh.
e. Mendiskusikan
ide dalam suatu cara yang terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide
dengan orang lain.
E.
Model
Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Menurut Costa dan
Colleagues (1985) klasifikasi berfikir dikenal sebagai “ The Six RS” yaitu:
1. Remembering
(Mengingat)
2. Repeating
(Mengulang)
3. Reasoning
(Memberi alasan/rasional)
4. Reorganizing
(Reorganisasi)
5. Relating
(Berhubungan)
6. Reflecting
(Memantulkan/merenungkan)
Model tersebut
mendefinisikan hasil dari berfikir kritis sebagai penilaiaan keperawatan yang
relavan dengan masalah keperawatan dalam berbagai lingkup. Model tersebut
dirancang untuk mengetengahkan penilaian keperawatan dalam peran klinis,
menejerial, kepemimpinan, dan pendidikan. Sebagai tujuan dalam bab ini,
pembahasan difokuskan pada penilaian keperawatan klinis. Ketika perawat masuk
kedalam suatu pengalaman klinis tujuan dari model tersebut, yaitu lima komponen
berfikir kritis, yang pada akhirnya mengarahkan perawat untuk membuat penilaian
klinis diperlakukan untuk Asuhan Keperawatan yang aman dan efektif.
a.
Dasar
pengetahuan khusus
Komponen pertama
berfikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus perawat dalam keperawatan.
Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan program pendidikan dasar
keperawatan dari jenjang mana perawat diluluskan, pendidikan berkelanjutan
tambahan, dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan perawat. Dasar
pengetahuan perawat mencangkup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan keperawatan yang diperlakukan untuk memikirkan masalah
keperawatan. Informasi terebut memberikan data yang digunakan dalam berbagai
proses berfikir kritis. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencangkup
pendekatan yang menguatkan kemampuan perawat untuk berfikir secara kritis
tentang masalah keperawatan.
b.
Kompentensi
Kompetensi berfikir
kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penialaian
keperawatan. Terdapat tiga tipe kompetensi:
Berfikir kritis umum,
berfikir kritis spesifik, dalam situasi klinis, dan berfikir kritis spesifik
dalam keperawatan. Proses berfikir kritis umum mencangkup metode ilmiah pemecahan masalah, dan
pembuatan keputusan. Proses berfikir kritis umum juga digunakan dalam disiplin
lain (misal, pekerja sosial dan kedokteran) dan dalam situasi nonklinis. Pemecahan
masalah mencangkup mendapatkan informasi ketika terdapat kesenjangan antara apa
yang sedang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi.
c.
Sikap
Untuk Berfikir Kritis
Komponen keempat dari
model berfikir kritis adalah sikap untuk berfikir kritis. (Paul, 1993) telah
meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis.
Sikap ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir
kritis. Individu harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berfikir secara
kritis, tetapi juga penting untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan
secara adil dan bertanggungjawab.
Berikut ini adalah
contoh sikap untuk berfikir kritis:
1) Berfikir
mandiri
Sejalan dengan seorang
menjadi dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru, mereka belajar
mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan kemudian membuat
penilaian mereka sendiri. Hal ini tidak berarti mereka tidak menghargai ide
orang lain. Untuk berfikir secara mandiri, seseorang menantang cara tradisional
dalam berfikir, dan mencari rasional serta jawaban logis untuk masalah yang
ada.
2) Tanggung
gugat
Ketika individu
mendekati suatu situasi yang membutuhkan berfikir kritis, adalah tugas individu
tersebut untuk “mudah menjawab” apapun keputusan yang dibuatnya. Perawat harus
membuat keputusan dalam merespon terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien.
Perawat harus menerima tanggung gugat untuk kapanpun penilaian yang dibuatnya
atas nama klien.
3) Mengambil
risiko
Individu harus rela
ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima pemikiran baru. Keyakinan yang
kita miliki sering kali ditentang oleh alternatif yang lebih logis dan
rasional.
4) Kerendahan
hati
Penting untuk mengakui
keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa mereka tidak
mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang tepat.
5) Integritas
Pemikir kritis
mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti mereka
menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa
percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang memiliki integritas dengan cepat
berkeinginan untuk mengakui dan mengevalusi segala ketidak konsistenan dalam
ide dan keyakinannya.
6) Ketekunan
Pemikir kritis terus
bertekat untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah perawatan klien.
Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar
sebanyak mungkin mengenai masalah, mencoba berbagai pendekatan untuk perawatan,
dan teru mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
7) Kreativitas
Kreativitas mencangkup
berfikir orijinal. Hal ini berarti menemukan solusi diluar apa yang dilakukan
secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan
unik.
F. Metode
berpikir kritis
Freely
mengidentifikasi 7 metode critical thinking:
a.
Debate : metode yang digunakan untuk mencari,
membantu, dan merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok
dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
b.
Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya
sendiri dalam proses mengambil keputusan.
c.
Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan
suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
d.
Persuasi : komunikasi yang
berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai
orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan
adalah dua bentuk persuasi.
e.
Propoganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media
yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
f.
Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam
berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak.
G. Proses
Pengambilan Keputusan Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
Keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan
mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan
kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan asuhan
keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan
perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posis iklinis harus memiliki
kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambi lkeputusan yang efektif, baik
sebaga ipelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan
merupakan bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan
keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan
dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapa iantujuan dengan
menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak semua
pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Ada lima hal
yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1.
Dalam proses pengambilan keputusan
tidak terjadi secara kebetulan.
2.
Pengambilan keputusan tidak
dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu :
a.
Tersedianya sumber-sumber untuk
melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b.
Kualifikasi tenaga kerja yang
tersedia
c.
Falsafah yang dianut organisasi.
d.
Situasi lingkungan internal dan
eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam
organisasi.
3.
Masalah harus diketahui dengan
jelas.
4.
Pemecahan masalah harus didasarkan
pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5.
Keputusan yang baik adalah keputusan
yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.
H. Tujuan Berfikir Kritis Bagi Perawat
Berikut ini
merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai
berikut:
1.
Membedakan sejumlah penggunaan dan
isu- isu dalam keperawatan.
2.
Mengidentifikasi dan merumuskan
masalah keperawatan.
3.
Menganalisis pengertian hubungan
dari masing-masing idikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
4.
Menganalisis argumen dan isu-isu
dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
5.
Menguji asumsi-asumsi yang
berkembang dalam keperawatan.
6.
Melaporkan data dan
petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
7.
Membuat dan mengecek dasar analisis
dan falidasi data keperawatan.
8.
Merumuskan dan menjelaskan keyakinan
tentang aktifitas keperawatan.
9.
Memberikan alasan-alasan yang
relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
10.
Memberikan alasan-alasan yang
relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
11.
Merumuskan dan menjelaskan
nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12.
Mencari alasan-alasan kriteria,
prinsip-prinsip dan akktifitas nilai-nilai keputusan.
13.
Mengevaluasi penampilan kinerja
perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
Bajang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar